Jumat, 30 September 2011

malam minggu ~ @hurufkecil #15harimenulisdiblog

Bukit. Langit. Gelap. Bintang. Aku. Dia. Entah malam minggu yang ke berapa dalam hubungan kami. Seratus? Dua ratus? Mungkin lebih. Semuanya indah. Semuanya berarti. Termasuk malam ini. Kami berbincang tentang keseharian. Tapi semuanya terasa penting. Berbincang tentang hal-hal yang pernah membuat kami terluka. Berbincang tentang hal-hal yang sering kami tertawakan. Hal-hal yang membuat kami saling mencintai. Dia bangkit berdiri, menarik tanganku yang masih terduduk di tanah. Memelukku, berbisik ... "Nikah yuk!". 2 kata yang sangat sederhana membuatku menatapnya meminta keseriusan. Dia memasang cincin di jari manisku ... 

Dan aku tahu itulah malam minggu yang terindah.

Kamis, 29 September 2011

ciuman pertama ~ @hurufkecil

Disini, di tepi pantai, tepat 2 tahun yang lalu, kamu bilang aku adalah wanita yang sangat berarti dan berpengaruh besar pada perasaanmu. Aku hanya tersenyum, menunduk, wajahku bersemu merah. Kami mengucap janji untuk saling menjaga cinta. Sekarang genap 2 tahun kami telah memegang teguh janji manis itu. Kami berdiri disini sekarang, mengingat semuanya. Tak ada yang berbeda, semuanya masih tampak indah. Dia, sang pencepat detak jantungku, menatapku dalam. Aku ikut menatap bola matanya yang berbinar cokelat. Dia masih menatapku. "Kamu mau ngajak aku balapan liat-liatan mata?", aku menantang seperti anak ayam yang sok berani melawan elang yang akan menangkapnya. "Boleh. Siapa takut?", sang elang menjawab tantangan. 

Dia terus menatapku tajam, begitu juga aku. Lama, kami hanya saling menatap. Hanya angin laut dan deburan ombak yang sibuk berbisik dan membicarakan kami. Wajahnya mendekat padaku. Deru nafasnya semakin terdengar jelas. Aku bersiap-siap, dan ... dia menarik kepalanya. Dua telapak tangannya yang besar dan hangat mengusap wajahnya. "Aku menang, aku menang, balapan liat-liatan aja kalah huu", aku bersorak-sorak menertawai kekalahan sang elang yang gagal menangkap anak ayam. "Aku yang menang", katanya lirih. Aku menatapnya dengan pandangan merendahkan. Apa dia tidak bisa menerima kekalahan kecilnya, hufff. "Aku mau jaga kamu. Aku gak mau bikin noda buat kamu. Aku menang, aku masih bisa mengendalikan keinginan aku yang mungkin bisa bikin kamu benci sama aku", dia berbicara pelan dan takut. Aku hanya menatapnya seperti bayi yang bingung mengapa ia diberi asi padahal ia ingin diganti popoknya. Syukurlah sepertinya dia menangkap kepolosanku. 

Dia hanya merangkulku. Aku membenamkan wajahku di pundaknya yang kekar. Dia mengusap kepalaku perlahan, membelai pipiku, menarik wajahku, dan ... menyapu bibirku dengan bibirnya. Satu detik. Dua detik. 3 detik. Kami melepaskan bibir kami yang bersatu. Aku tak berani menatapnya. Dia menarik wajahku kembali, menciumku kembali. Yang ini lebih dari 3 detik. Ciuman pertamaku begitu ... menggetarkan. Rasanya seperti ... mencari sisa-sisa buah di biji mangga. 

Aku melepaskannya. Berlari. Meninggalkannya pulang. Aku menangis di kamar. Hujan deras tiba-tiba turun. Menyamarkan suara tangisanku. Tangisan penyesalan yang amat dalam. Aku merasa ternoda. Ku dengar ketukan pintu, suara ibu yang mengatakan dia datang. Aku mengusap air mata sebisaku. Setidaknya aku tidak terlihat seperti gadis cengeng yang menangis ketika diberi ciuman pertama. Hanya kata maaf yang berulang kali keluar dari bibirnya yang tadi menempel di bibirku. Aku menarik nafas sedalam-dalamnya. Mencoba mengingat semua kebaikannya agar aku bisa memaafkannya. 

Aku menatapnya, menciumnya ...

2 desember 2010

tak pernah ada yang menyangka
aku kamu ataupun mereka
mungkin memang begini datangnya cinta
bukan karena pandangan pertama
tapi karena terbiasa bersama




bila memang ini jalannya
tak perlu tanya berapa lama
biarkan semua tetap apa adanya
tak perlu terlalu di pelihara




jika ada yang lain di hatimu
segera katakan padaku
jangan pernah khianati aku
langsung putuskan saja aku
kejarlah pilihanmu




tapi jika dia tak memilihmu
jangan pernah kembali padaku
yang lalu biarlah berlalu
biarkan semua kembali seperti dulu




:))

TERLAMBAAAAAAAT !

           Kisah ini terjadi waktu gue kelas XI. Waktu itu hari senin, gue inget banget.  Gue, sela, swa, sama depi baru sampe sekolah kita tercinta jam setengah 8. Padahal upacara di mulai jam 7 lewat 15. Tapi entah siapa penyebabnya, tapi gue yakin salah satu dari 4 cecunguk ini ada yang males upacara jadi sengaja berangkatnya di siangin sehingga menyebabkan yang lain terlambat. Ya maklum lah dulu kita berangkat bareng-bareng , tunggu-tungguan di bank mandiri. Gak bakalan dah berangkat kalo salah satu belom dateng. Gue juga gak tau apa maksudnya, entah solideritas atau apalah embuh gue juga. Yang pasti tiap hari ada aja yang kesiangan. Ya kadang kasian sih sama anak yang pada di angkot tapi mamangnya gak jalan-jalan gara-garanungguin kita  naik angkot. Ujungnya ya mereka jadi korban keterlambatan kita. Tapi ya apa di kata solideritas itu penting coy.


            Kembali ke awal cerita. Kita terlambat dan sengaja gak turun di depan gerbang biar gak nyetor muka ke andi sama rohim, satpam smancil tercinta. Duduklah kita di warjok dengan puluhan anak lain yang senasib terlambat juga. Para new comer yang biasanya anak kelas X pada ngemis ke pak Andi buat bukain pintu gerbang, ngeeek berharap amat. Sedangkan para muka-muka lama duduk dengan santai, ada yang nyusun strategi, ada yang sempet ngerjain PR, ada juga yang sarapan. Setelah upacara selesai, bubar deh semua cari tempat yang asoy buat manjat, berharap penjagaan diperlonggar setelah upacara.


            Gue berempat pilih manjat di belakang XI IPS 1. Swa sama Sela manjat duluan sedangkan gue sama depi jaga keamanan.Maklum lah swa paling bloon kalo masalah ginian jadi harus didahulukan.  Mereka berduapun berhasil masuk dan udah ada di dalam. Giliran gue sama depi yang manjat. Tiba-tiba muncul sesosok guru dari atas XII IPA 6, dan itu adalah pak Romli. Gue langsung loncat lagi, sedangkan swa sama sela ngacir gatau kemana. Gue sama depi ngumpet dulu sampe keadaan aman terkendali.


            Setelah aman gue sama depi manjat lagi dan berhasil. Setelah di dalem kita nyari-nyari swa sama sela. “Di XI IPA 3 kali” kata depi. Kita pun ke IPA 3. Pas mau lewat ruang piket kita berhenti. “Rin ketauan gak kalo lewat ruang piket?” Tanya depi. “Alah kalo kita pasang tampang santai mah gak bakal di curigain” jawab gue. Kitapun menantang maut lewat ruang piket. Tiba-tiba ada suara “sstt sstt” “Rin kayanya ada yang sstt sstt ke kita deh” kata depi. “Alah sok gak denger aja dep” kata gue. “sstt sstt” ada suara itu lagi. Tapi kita jalan terus dan makin cepet “Eh kamu berdua!” Gue sama depi balik badan dan ternyataaaaa itu pak Romli. “Eh kenapa pak?” Tanya gue sok lugu. “Kenapa kenapa, udah manjat masih nanya kenapa lagi, udah sana ke lapangan”katanya. Gue sama depi langsung pasrah aja ke lapangan.


            Setelah di lapangan, ternyata itu dua cecunguk swa sama sela lagi lari keliling lapangan sama anak-anak lain yang terlambat. Gue sama depi senyum kecut. Terus kita langsung ikut lari aja. “Sel berapa keliling” Tanya gue ke sela. “10 keliling “ kata sela. “lo udah berapa keliling ?” “udah 8” kata sela. “Eh kamu berdua siapa yang nyuruh lari” teriak pak Romli setelah kita lari 2 keliling. Gue sama depi langsung berhenti. “Abis yang lain lari sih pak, ya kita mah inisiatif aja” jawab gue cengar-cengir sama depi. “Karna kalian tadi gak upacara sekarang kalian upacara berdua di depan bendera” katanya. Melongo lah gue sama depi. “Apaan pak kok upacara, tadi yang lain pada lari kok” bantah gue. “Eh cepet sana, apa mau saya bawa ke pak asep?” ancamnya. “Iya iya pak” gue sama depi pasrah aja daripada urusan sama pak asep bisa orang tua segala di bawa-bawa entar.


            Gue sama depi ke depan bendera dan hormat. Buset itu lagi panas-panasnya. Apaan kali. Di liatin sama anak-anak kelas X. Tiba-tiba ada segerombolan anak kelas 3 masuk lapangan mau olahraga. Gue sama depi langsung kelabakan, apalagi itu kelasnya Ka Alfan Ketua Osis rusak lah image kita sebagai anak buahnya. Terus ada ka Gega sama Ka andi langsung ngekek liat gue di jemur depan bendera. “Kenapa lo?” Tanya ka Gega. “Biasa manjat ketauan” jawab gue. Terus ka alfan, ka gega, ka andi pada ikutan gue sama depi hormat. Terus kurang ajar banget itu anak IPA 5 malah pada main voli ckck. Tapi untung kita punya kaka yang baik kaya teh nila yang beliin kita minuman dingin uhuy.


            Sampe jam 10 kita masih ngejegrak di lapangan dan udah dengan muka pucet kita memutuskan untuk udahan aja karna dari tadi gak ada komando dari pak romli. Kita pun ke ruang piket mau ngambil tas kita, dan ternyataaaaa pak Romli gak ada. Ah petoak kenapa gak dari tadi aja kita udahan !


            Dan apakah gue sama depi besoknya tobat, ckck ternyata sama aja. Pengalaman jelek sih tapi kalo udah luluis gini teger teger aja kalo di inget haha. MISS THOSE MOMENTS SO MUUUUUCH SELA DEPI SWAAA :***

Sabtu, 24 September 2011

Matrealisasi Dunia Pendidikan

Pendidikan . Semua orang wajib mendapatkannya. Itu adalah hak manusia. Hal itu juga dikatakan oleh pemerintah Indonesia melalui UU bahwa setiap warga negara Indonesia berhak mendapatkan pendidikan. Pendidikan yang diwajibkan saat ini adalah 9 tahun meliputi SD dan SMP. 

Orang Indonesia memang cerdik. Mungkin ini adalah salah satu keberhasilan wajib belajar 9 tahun tersebut. Pendidikan yang semestinya dijadikan tempat mewariskan ilmu malah dijadikan lahan bisnis oleh oknum-oknum yang haus materi. Contoh yang nyata adalah ketika saya SMA dulu, teman saya melihat daftar harga buku. Disana tertulis bahwa harga buku Rp 11.000, namun guru kami menjualnya dengan harga Rp 13.000. Berarti sekolah mengambil laba Rp 2.000. Jumlah murid sekolah saya waktu itu adalah sekitar 1000 siswa. Apabila dihitung dengan asumsi semuanya membeli buku berarti sekolah telah mendapat laba sekitar Rp 2.000.000. Itu adalah laba dari penjualan 1 buku, sedangkan buku yang dijual saat itu adalah sekitar 10 buku yang berarti sekolah mendapat laba Rp 20.000.000. 

Hal tentang pengambilan laba dari penjualan buku itu mungkin bisa disangkal sekolah untuk biaya kirim dan lain-lain. Saya masih memiliki contoh lain dan kali ini di dunia kampus saya. Untuk nama baik kampus saya tidak menyebutkan namanya. Ketika itu ada dosen mata kuliah agama saya yang mewajibkan mahasiswanya untuk membeli buku hasil karangannya dengan rekan-rekan sesama dosen. Beliau mewajibkannya. Dan ketika saya memilih meminjam kepada teman saya yang sudah senior, saya mendapatkan nilai D di salah satu tugas saya. Padahal saya mengerjakan tugas dengan sebaik mungkin. Ketika saya komplain dengan nilai tersebut, beliau beralasan bahwa saya dianggap mencontek karena buku yang saya miliki adalah buku pinjaman. Padahal buku pinjaman saya itu bersih tanpa ada bekas coretan jawaban. Saya dan teman-teman yang bernasib sama terus mendesaknya tetapi beliau tetap memberi kami nilai D meskipun ia sendiri sudah tidak tahu harus beralasan apa lagi.

Hal-hal yang menyangkut laba sebaiknya tidak dilakukan di area pendidikan mengingat tidak semua siswa adalah orang yang berkecukupan. Apalagi mahasiswa yang seharusnya memiliki kebebasan dalam menentukan referensi buku. Wajib memiliki mungkin bisa diterima, tapi wajib membeli itu pencekikan. Kalau ingin mengambil laba, jadi saja pedagang jangan jadi guru. Ini dunia pendidikan, tempat transfer ilmu bukan area perdagangan atau pemaksaan.

changed

Anda adalah orang yang sangat saya hargai, saya hormati, saya banggakan. Dulu. Ya itu dulu. Sebelum semua keadaannya berubah seperti sekarang ini. Ketika mereka tak mendapatkan izin untuk mengikuti sesuatu yang ingin mereka ikuti, ketika mereka tak dibolehkan untuk pergi ke tempat yang jauh, ketika mereka tidak bisa bermain sampai larut, ketika mereka harus pulang ketika bel sekolah berbunyi, aku tidak mengalami semua hal yang sangat merusak keindahan masa muda itu. Dan aku bangga, karena dengan senangnya aku berkata kepada mereka "aku boleh". Aku tidak perlu melakukan kebohongan untuk mendapatkan kata "boleh".

Semua kebebasan itu, sama sekali tidak menunjukkan tanda tak sayangnya Anda padaku. Aku tau Anda sangat menyayangi aku, dan mempercayai aku. Percaya akan semua hal yang ku lakukan adalah masih di dalam norma dan nilai yang berlaku. Percaya bahwa aku dapat menjaga kepercayaan yang Anda berikan sebaik-baiknya. Dan aku memang menjaganya.

Aku yang semakin beranjak dewasa ini, hingga akhirnya mengenal cinta. Entahlah. Sepertinya Anda mencabut kepercayaan itu. Sedikit. Sedikit. Sedikit. Setiap pertemuan, butir-butir kemarahan Anda berjatuhan. Bahkan meskipun pertemuan itu bukan dengannya. Aku mengerti dengan ketakutan Anda bahwa aku akan seperti mereka yang tak terjaga atau menjaga. Tapi sungguh, melarang aku pergi kemanapun itu berlebihan. Apalagi melihat aku yang dulu bebas. 

Aku memohon kepada Anda, jangan perlakukan aku seperti itu. Itu membuat aku sedih. Bukan itu saja. rasa hormat serta penghargaanku pada Anda pun perlahan menyusut. Butir-butir keohonganpun banyak berjatuhan dari bibirku. Bisa kita seperti dulu, saling percaya, mama?

Jumat, 23 September 2011

Kuliah VS Bis Ngetem

Angkutan umum mungkin sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari bagi sebagian besar orang yang tidak menggunakan kendaraan pribadi. Salah satu kendaraan yang sudah tidak asing lagi bagi warga Indonesia, khususnya Cilegon adalah bis. Di cilegon, orang-orang yang bepergian dengan tujuan daerah serang biasanya lebih memilih bis meskipun ada angkutan umum lain seperti angkot dan bis mini. Mengapa? Karena jalur bis ini melalui tol Cilegon Barat-Cilegon Timur-Serang Timur sehingga memungkinkan kita untuk tiba di Kota Serang lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan angkot atau bis mini yang harus melalui jalanan kota Serang yang berputar-putar. Selain itu, hanya dengan 3.000 rupiah kita sudah bisa mendapatkan fasilitas tempat duduk yang nyaman serta AC. Sedangkan naik angkot akan menghabiskan ongkos minimal 5.000 rupiah dengan tempat duduk yang kurang nyaman.

Saya sendiri adalah pengguna jasa bis. Namun ternyata tidak semua bis memberikan pelayanan yang memuaskan. Contohnya bis yang bertujuan Kalideres. Sampai saat ini saya belum mengerti mengapa bis Kalideres selalu 'ngetem' berlipat-lipat kali lamanya dibandingkan dengan bis jurusan lain. Hal ini membuat para penumpang menghindari bis dengan jurusan ini, terutama para mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang setiap hari mendominasi penumpang bis. Kami berusaha memilih bis yang tidak 'ngetem' lama supaya tidak terlambat untuk masuk kelas. 

Perjalanan dari Tol Cilegon Barat ke Serang adalah sekitar 45 menit, namun bila kita naik bis jurusan Kalideres akan menjadi 1 jam lebih. Saya sendiri memahami bahwa para awak bus ingin memaksimalkan pendapatan dengan memenuhi kursi-kursi yang masih kosong. Tapi saya rasa ngetemnya jurusan Kalideres ini keterlaluan, bisa sampai setengah jam. Seharusnya mereka juga memikirkan urusan penumpang juga. 5 atau 10 menit saya rasa cukup, itupun sudah terlalu lama bagi penumpang yang buru-buru. Saya sering melihat penumpang gusar karena terlalu lamanya bis ini ngetem. Bahkan sering ada penumpang yang turun dan pindah ke bis lain mekipun mereka sudah membayar ongkos perjalanan.

Penumpang dan awak bis sama-sama memiliki urusan. Bis untuk memperoleh pendapatan sebanyak-banyaknya dan penumpang dengan urusannya masing-masing, Maka dari itu lebih baik kalau kita saling menghargai satu sama lainnya, jangan merugikan salah satu pihak.

SALAM HALO

RINA MIRAWATI, 19 YEARS OLD, FEMALE, COLLEGE STUDENTS, NEW BLOGGER, NICE TO SEE YOU :)