Kamis, 29 September 2011

ciuman pertama ~ @hurufkecil

Disini, di tepi pantai, tepat 2 tahun yang lalu, kamu bilang aku adalah wanita yang sangat berarti dan berpengaruh besar pada perasaanmu. Aku hanya tersenyum, menunduk, wajahku bersemu merah. Kami mengucap janji untuk saling menjaga cinta. Sekarang genap 2 tahun kami telah memegang teguh janji manis itu. Kami berdiri disini sekarang, mengingat semuanya. Tak ada yang berbeda, semuanya masih tampak indah. Dia, sang pencepat detak jantungku, menatapku dalam. Aku ikut menatap bola matanya yang berbinar cokelat. Dia masih menatapku. "Kamu mau ngajak aku balapan liat-liatan mata?", aku menantang seperti anak ayam yang sok berani melawan elang yang akan menangkapnya. "Boleh. Siapa takut?", sang elang menjawab tantangan. 

Dia terus menatapku tajam, begitu juga aku. Lama, kami hanya saling menatap. Hanya angin laut dan deburan ombak yang sibuk berbisik dan membicarakan kami. Wajahnya mendekat padaku. Deru nafasnya semakin terdengar jelas. Aku bersiap-siap, dan ... dia menarik kepalanya. Dua telapak tangannya yang besar dan hangat mengusap wajahnya. "Aku menang, aku menang, balapan liat-liatan aja kalah huu", aku bersorak-sorak menertawai kekalahan sang elang yang gagal menangkap anak ayam. "Aku yang menang", katanya lirih. Aku menatapnya dengan pandangan merendahkan. Apa dia tidak bisa menerima kekalahan kecilnya, hufff. "Aku mau jaga kamu. Aku gak mau bikin noda buat kamu. Aku menang, aku masih bisa mengendalikan keinginan aku yang mungkin bisa bikin kamu benci sama aku", dia berbicara pelan dan takut. Aku hanya menatapnya seperti bayi yang bingung mengapa ia diberi asi padahal ia ingin diganti popoknya. Syukurlah sepertinya dia menangkap kepolosanku. 

Dia hanya merangkulku. Aku membenamkan wajahku di pundaknya yang kekar. Dia mengusap kepalaku perlahan, membelai pipiku, menarik wajahku, dan ... menyapu bibirku dengan bibirnya. Satu detik. Dua detik. 3 detik. Kami melepaskan bibir kami yang bersatu. Aku tak berani menatapnya. Dia menarik wajahku kembali, menciumku kembali. Yang ini lebih dari 3 detik. Ciuman pertamaku begitu ... menggetarkan. Rasanya seperti ... mencari sisa-sisa buah di biji mangga. 

Aku melepaskannya. Berlari. Meninggalkannya pulang. Aku menangis di kamar. Hujan deras tiba-tiba turun. Menyamarkan suara tangisanku. Tangisan penyesalan yang amat dalam. Aku merasa ternoda. Ku dengar ketukan pintu, suara ibu yang mengatakan dia datang. Aku mengusap air mata sebisaku. Setidaknya aku tidak terlihat seperti gadis cengeng yang menangis ketika diberi ciuman pertama. Hanya kata maaf yang berulang kali keluar dari bibirnya yang tadi menempel di bibirku. Aku menarik nafas sedalam-dalamnya. Mencoba mengingat semua kebaikannya agar aku bisa memaafkannya. 

Aku menatapnya, menciumnya ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar