Sabtu, 01 Oktober 2011

pekenalan ~ @huruf kecil #15harimenulisdiblog

Tuuuut... Tuuuut... Tuuuut
Sudah 7 kali aku mencoba menghubunginya. Tapi yang kudengar dari tadi hanyalah nada sambung yang lebih mirip orang buang angin. 23 pesan singkatku tak ada satu pun yang terbalas. Kami berjanji bertemu malam ini pukul 7 malam. Dan sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 6 lewat 30, malam. Aku merebahkan tubuhku di kasur kesayanganku, mencoba membagi bebanku. Aku mencoba meneleponnya sekali lagi, terserahlah. 

Tuuuut... Tuuuut... "Hallo", terdengar suara dari seberang sana. Aku berjingkrak senang. Tapi tunggu, suaranya... wanita! "Ha.. Hallo", jawabku ragu. "Dengan Rina?", tanya wanita itu. Suaranya terdengar agak marah. Hey, aku yang seharusnya marah disini. Berani sekali mengambil alih ponsel pacarku. "Iya, maaf ini dengan siapa? Kenapa bisa pegang hp Aji?", nadaku tidak kalah ketus. "Saya mamanya Aji. Ajinya lagi keluar sebentar", jawabnya. Rasanya dunia berhenti berputar, darah berhenti mengalir, oksigen dan karbon dioksida berhenti bertukar di paru-paruku. Ini mamanya. 

Selama 10 bulan kami menjalin hubungan, tidak pernah aku diperkenalkan pada mamanya. Aji memang belum boleh berpacaran. Padahal usianya sudah memasuki kepala dua. Alasannya? Mamaya takut pacarnya akan mengajak menikah. "Oh maaf bu, kalau begitu nanti saya telepon lagi aja", suaraku bergetar takut. "Rina siapanya Aji?", tanyanya. "Sa.. Saya temennya Aji bu", aku berbohong. Aku khawatir Aji yang akan kena imbasnya kalau aku berani mengaku bahwa aku kekasihnya selama 10 bulan ini. Mamanya memang agak keras. "Temen? Temen kencan?", tanyanya lagi. Aku hanya terdiam.

"Gini lho neng, Aji kan masih kuliah, masih harus belajar. Ibu takut kalau pacaran bikin konsentrasi kuliah Aji pecah nantinya. Ibu juga gak mau Aji nikah di usia muda", kata mamanya. 
Aku terdiam sesaat dan menarik nafas. "Bu, saya juga masih kuliah, saya punya cita-cita yang mau saya capai dulu. Saya juga gak pernah berfikir akan menikah secepat itu. Masalah konsentrasi kuliah, Insya Allah gak akan pecah bu. Kami gak saling mengganggu kok kalau dalam urusan kuliah. Buktinya IP kita semester ini sama-sama naik", aku mencoba memberi pengertian.
"Coba nanti buktiin kata-kata kamu ya. Kalo semester ini IP Aji dan kamu naik, berarti kalian bisa dipercaya" katanya tegas.
Aku tertegun Aku diberi kesempatan. "Jadi saya boleh pacaran sama Aji, Bu?" tanyaku antusias.
"Dengan persyaratan tadi ya. Nanti dateng ya ke rumah. Ibu mau kenal sama kamu" 
"Oh iya, Bu, nanti saya datang", jawabku senang. Telepon pun berakhir. Aku kegirangan. Akhirnya aku bisa berkenalan dengan orang tua pacarku.

Aku berdandan secantik mungkin. Aku melaju ke rumah Aji. Baru saja aku mau mengetuk pintu rumahnya, pintunya terbuka. Aji. Dia rapi sekali. Dia terkejut bukan main karena aku berani datang ke rumahnya. Aku hanya tersenyum...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar