Pagi hari
"Sayang, aku lagi makan nih", isi smsnya pagi ini.
"Iya sayang, pake apa?", balasku.
"Telur dadar"
Siang hari
"Sayang, jangan lupa makan ya", aku mengirim sms untuknya.
"Iya sayang, ini aku lagi masak buat makan siang", jawabnya.
"Masak apa sayang"
"Telur dadar"
Malam hari
"Sayang, udah makan?", isi smsnya ketika aku selesai makan.
"Udah sayang, baru aja. Kamu?", balasku.
"Udah juga sayang hehe"
"Oh, pake apa sayang makannya?"
"Telur dadar"
Aku mulai gusar. Apa tak ada jawaban lain setiap kutanya dengan apa dia makan? Tapi begitulah dia setiap harinya. Memasak sendiri untuk menu makannya. Karena itu dia memilih menu yang instan seperti telur dadar atau mie instan. Bukan karena dia suka.
Dia bukan anak kos. Ibunya adalah seorang wanita yang sibuk sehingga dia harus mengurus dirinya sendiri.
"Sayang, kamu suka gak punya pacar kaya aku?", tanyaku suatu hari."Seneng dong, apalagi kalo kamu bisa masak buat aku. Tapi sayang kamu gak bisa masak". "Heh! enak aja! aku bisa masak tau!". "Alah, buktiin dong", tantangnya sambil terus meledekku.
"Sayang, badan aku panas, di rumah gak ada orang", smsnya malam itu langsung membuatku jungkir balik. Aku berpakaian seadanya dan langsung mengendarai motorku ke rumahnya. Di kamarnya dia terbaring pucat. Aku mengambil air dingin dan mulai mengompres kepalanya. "Sayang, aku laper", rintihnya. Aku langsung ke dapurnya. Kubuka kulkas, banyak sayur-sayuran disana. Sop, sayur asem, dan bayam. Aku tak bisa memasak apapun di antara mereka. Aku bingung sampai akhirnya mataku tertuju pada telur di bagian pintu kulkas.
Segera ku campurkan telur dengan bawang merah, cabe rawit, dan garam tentunya. Aku menggorengnya dengan penuh hati-hati. Ya, dia benar. Aku tidak bisa memasak. Setelah aku yakin ini sudah matang, kubawa ke kamarnya.
"Kamu masak?", tanyanya. Halah, masa aku habis cuci piring sih. Dia melihat piring yang kubawa, nasi dengan telur dadar diatasnya, dan dihiasi kecap yang membentuk wajah tersenyum. Dia tersenyum. "Yaudah kalo gak mau makan!", aku merasa diledek. "Eh, enak aja. Suapin dong", hah manjanyaaa. Tapi aku mentolerir berhubung dia sedang sakit.
Aku menyuapkan sesendok nasi dengan telur. Dia mengunyah sebentar, kemudian berhenti. Dia tersenyum. "Gak enak ya?", aku bertanya dengan wajah memelas. Dia merebut piring yang aku pegang, kemudian makan sendiri dengan lahapnya. Aku tersenyum. "Enak ya masakan aku, lahap banget?", aku menggodanya. "Gara-gara aku laper aja jadinya enak", jawabnya dengan muka sok. "Ih sayaaaaaaang", aku mencubit perutnya. Dia hanya tertawa.
makasih sayang :)
BalasHapussama sama sayang :)
BalasHapuswaw
BalasHapus